amin20thapril
|Subscribers
Latest videos
Tiga sahabat Dey (Derry Neo), Ba-on (G-voiz) dan Sabun (Dallas Pratama) tinggal di kawasan marjinal di Jakarta. Di tempat ini tidak ada kepastian, keamanan, apalagi harmoni.
Dey tak kenal takut. Ba-on tak bisa bicara karena lidahnya terpotong. Sabun pemuda alim. Dey dan Ba-on menjual ganja olahan Prof (Norman Akyuwen), sementara Sabun berjualan DVD bajakan tanpa sadar bahwa barang dagangannya pun tergolong ilegal.
Pada suatu hari Ba-on menolong Mel (Tya Arifin) yang nyaris kena rampok. Ba-on sudah lama memuja Mel, seorang model sekaligus bintang televisi. Pertemuan Mel dengan Ba-on dan para sahabatnya berbuntut panjang karena si perampok punya tujuan lain yang lebih berbahaya.
Di sisi lain tersebutlah Iwa (Iwa K), pejabat urusan transportasi yang hidup di bawah bayang-bayang istrinya, Bu Yamin (Sania). Iwa meninggalkan cita-citanya menjadi pemusik hiphop karena tuntutan orangtua dan lingkungan. Karirnya sebagai pejabat tanggung tak sebanding dengan keberhasilan istrinya sebagai pengusaha bakmi.
Peristiwa perampokan bukan saja menempatkan kehidupan ketiga sahabat dalam bahaya. Persahabatan mereka bertabrakan dengan dunia pertarungan kepentingan Iwa dan Bu Yamin.
Wanita Harimau (Santet II) adalah film Indonesia tahun 1990 dengan disutradarai oleh Sisworo Gautama dan dibintangi oleh Suzanna dan Jeffry Waworuntu.
Ini lanjutan kisah Katemi (Suzanna), wanita berilmu santet yang telah insyaf, namun kembali berbuat jahat karena bujukan roh gurunya, Nyi Loreng (Rina Hassim), yang mempunyai dendam terhadap kiai muda Ahmad Pramuja (Jeffry Waworuntu). Sedangkan Ahmad Pramuja sesungguhnya malah bersimpati pada Katemi dan bertekad menyadarkan wnita cantik itu. Lalu ada pula seorang pemuda bernama Brahma (I Gusti Jagat Karana) yang bertekad mengakhiri sepak terjang Katemi mengganggu penduduk, tetapi ia tidak berhasil menandingi kesaktian wanita santet itu, hingga ia menemui ajalnya. Kiai Ahmad dalam usaha menyadarkan Katemi, terpaksa bertempur melawan murid Nyi Loreng itu, yang mengakibatkan Katemi nyaris tewas namun diselamatkan Kiai Ahmad dan dijadikan manusia normal. "(referensi JB Kristanto, katalog film Indonesia 1926-1995, PT Grafiasri Mukti,Jakarta, 1995 hal 361)
Santet I: Ilmu Pelebur Nyawa adalah film horor dari Indonesia yang dirilis tahun 1989 dengan sutradara bernam Naryono Prayitno dan dibintangi oleh Suzanna dan Jagat Karana.
Karena istrinya sakit-sakitan, Bisman (Jagat Karana) melirik Katemi (Suzanna). Untuk mendapat Katemi, Bisman membunuh istrinya dan menghasut penduduk bahwa yang membunuh istrinya adalah Sarma (Novie Chandra), suami Katemi. Penduduk terhasut dan Sarma dibunuh. Katemi sempat melarikan diri, tetapi terperosok dalam gua yang dihuni Nyi Angker (Joice Erna). Katemi lalu jadi murid Nyi Angker. Bisman kemudian merebut kedudukan kepala desa. Setelah jadi kepala desa, Bisman memerintahkan warga mencari Katemi. Anak kepala desa lama, Achmad (Jeffry Waworuntu), yang baru pulang dari berguru di pesantren, ikut mencari. Katemi ditemukan dan diserahkan pada Bisman. Saat itulah Katemi yang sudah punya ilmu sihir, membalas dan kemudian meninggalkannya. Dari jauh Katemi terus menjalankan ilmu santetnya. Achmad lalu membujuk Katemi supaya meninggalkan ilmu sesat. Katemi mau, tetapi Nyi angker tak rela. Achmad berhasil menaklukkan Nyi Angker.
Sangkuriang adalah film Indonesia tahun 1982 dengan disutradarai oleh Sisworo Gautama dan dibintangi oleh Suzanna dan Clift Sangra. Film ini diangkat dari legenda Jawa Barat, yaitu asal usul terjadinya gunung Tangkuban Perahu.
Karena malas mengambil teropong benangnya yang jatuh, Dayang Sumbi (Suzanna) mengucap: kalau ada yang membantu mengambilkan teropong, maka akan dijadikan suami. Ternyata Lengser (Baun Gazali), pegawai kerajaan, yang mengambilkan. Maka ayah Sumbi, Raja Prabangkara (Ratno Timoer), yang playboy, marah ketika mendengar Dayang Sumbi nhamil. Lengser jadi anjing ketika diumpat raja. Sumbi diusir ke hutan. Lahirlah Jaka Sona (Ryan Hidayat), yang selalu ditemani Tumang, anjing, ayahnya yang tidak dikenalinnya. Ketika Sumbi minta hati manjangan, Jaka mencarikan. Karena kesal tidak dapat menjangan, ia takut-takuti Tumang. Panah melesat, Tumang tewas dan kembali jadi manusia. Ia paksa hatinya diambil Jaka dan diserahkan pada Sumbi. Ketika tahu Tumang tewas, Sumbi marah dan mengusir Jaka, yang lalu bernaung di sebuah gua. di sinilah ia mendengar suara gaib, bertapa sembilan tahun, mendapat kesaktian dan berubah menjadi Sangkuriang (Clift Sangra). Ia lalu turun gunung membantu rakyat yang ditindas Prabangkara yang sebenarnya kakeknya sendiri. Ibunya hanya ditemui kuburannya dan Sangkuriang harus berhadapan dengan raja dan para prajuritnya. Waktu menghindar dari kejaran para prajurit, ia bertemu dengan wanita yang mengaku bernama Larasati (Suzanna) yang mirip dengan Sumbi. Mereka saling jatuh cinta, tetapi lalu Larasati alias Sumbi yang menyamar untuk menghindar dari pencarian ayahnya, mengenali Sangkuriang itu anaknya dari bekas luka di kepalanya. Dikatakanlah siapa dirinya sebenarnya, tetapi Sangkuriang tidak mau tahu, karena Sumbi tidak mau mengatakan siapa ayahnya ketika didesak. Maka ketika Sangkuriang tetap mendesak untuk kawin, Sumbi memberi syarat: membendung Citarum, membuat danau dan membangun perahu. Syarat dipenuhi bahkan sambil berduel dengan Prabangkara di tengah usahannya itu. Prabangkara tewas. Usaha penyadaran Sumbi tetap tidak berhasil. Sangkuriang tetap ngotot mengajak kawin. Ketika Sumbi hendak dicium, tiba-tiba berubah jadi bunga. Sangkuriang menyesal. Perahu yang sudah jadi ditendang dan jadi gunung Tangkuban Perahu.
ZERO adalah film drama romantis India Hindi yang tayang tahun 2018, ditulis oleh Himanshu Sharma dan disutradarai oleh Anand L Rai. Film Zero diproduksi bersama-sama oleh Color Yellow Productions dan Gauri Khan Red Chillies Entertainment, dan dibintangi Shah Rukh Khan, Anushka Sharma dan Katrina Kaif.
Diproduksi dengan anggaran sebesar $ 200 crore (US $ 28 juta), Zero adalah film Khan yang paling mahal. Film ini disimpan oleh Rai pada tahun 2012, setelah ia terinspirasi oleh genre superhero. Pra-produksi dimulai pada tahun 2016. Awalnya berjudul Katrina Meri Jaan, Zero mengalami banyak perubahan judul sebelum tiba di judul akhir pada awal 2018. Fotografi utama film ini dimulai di Mumbai pada Mei 2017. Untuk membuat Shahrukh Khan menjadi kecil teknologi yang digunakan oleh Anand L Rai sama persis dengan teknologi yang digunakan dalam film The Ring.[2]
Film ini merupakan penampilan terakhir Sridevi, yang meninggal tak lama setelah menyelesaikan film. Syuting selesai pada 2018 di Orlando. Soundtrack film ini disusun oleh Ajay-Atul dengan lirik yang ditulis oleh Irshad Kamil, di bawah label T-Series.
Crazy Rich Asians adalah film drama komedi romantis Amerika Serikat tahun 2018 yang disutradarai oleh Jon M. Chu dan diproduseri oleh Nina Jacobson, Brad Simpson dan John Penotti. Film ini dibuat berdasarkan novel berjudul sama karya Kevin Kwan tahun 2013 (di Indonesia novel ini berjudul Kaya Tujuh Turunan). Naskah film ini ditulis oleh Peter Chiarelli dan Adele Lim berdasarkan novel Crazy Rich Asians karya Kevin Kwan. Film ini dibintangi oleh Constance Wu, Henry Golding, Gemma Chan, Lisa Lu, Nico Santos, Awkwafina, Ken Jeong dan Michelle Yeoh.
Bilal: A New Breed of Hero adalah sebuah film laga-petualangan animasi komputer 3D Emirat berbahasa Inggris tahun 2015 yang diproduksi oleh Barajoun Entertainment dan disutradarai oleh Khurram H. Alavi dan Ayman Jamal. Dengan sebuah cerita buatan Jamal, skenarionya ditulis oleh Alavi, Alex Kronemer, Michael Wolfe dan Yassin Kamel. Dengan film tersebut, Jamal berniat menggambarkan para pahlawan dari sejarah Jazirah Arab.
Film tersebut mengisahkan kehidupan Bilal bin Rabah, yang dikenal karena suara indahnya, kabur dari perbudakan, dan meraih posisi penting pada 632 M. Para pengisi suaranya meliputi Adewale Akinnuoye-Agbaje, Ian McShane, China Anne McClain, Jacob Latimore, Thomas Ian Nicholas, Fred Tatasciore, Cynthia McWilliams, Jon Curry, Dave B. Mitchell dan Michael Gross.
Penyelaras audio Bahasa Indonesia oleh Pak Balang
Sang Pencerah adalah film drama tahun 2010 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo berdasarkan kisah nyata tentang pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. Film ini dibintangi oleh Lukman Sardi sebagai Ahmad Dahlan, Muhammad Ihsan Tarore sebagai Ahmad Dahlan Muda, dan Zaskia Adya Mecca sebagai Nyai Ahmad Dahlan. Film ini juga menjadi bukti bahwa Muhammadiyah adalah organisasi islam yang mengikuti Al-quran dan Al hadits dan menjadikan Muhammadiyah sebagai ormas terbesar urutan pertama di Indonesia dan didunia.
Film ini menjadikan sejarah sebagai pelajaran pada masa kini tentang toleransi, koeksistensi (bekerjasama dengan yang berbeda keyakinan), kekerasan berbalut agama, dan semangat perubahan yang kurang. Sang Pencerah mengungkapkan sosok pahlawan nasional itu dari sisi yang tidak banyak diketahui publik. Selain mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, lelaki tegas pendirian itu juga dimunculkan sebagai pembaharu Islam di Indonesia. Ia memperkenalkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta rasional. Versi novel kisah ini ditulis Akmal Nasery Basral berdasarkan cerita dan skenario film yang dibuat sutradara Hanung Bramantyo.
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok. Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka?
Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI atau hanya Pengkhianatan G 30 S PKI [a] adalah judul film dokudrama propaganda Indonesia tahun 1984. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Arifin C. Noer, diproduseri oleh G. Dwipayana, dan dibintangi Amoroso Katamsi, Umar Kayam, dan Syubah Asa. Diproduksi selama dua tahun dengan anggaran sebesar 800 juta Rupiah kala itu, film ini disponsori oleh pemerintahan Orde Baru Soeharto. Film ini dibuat berdasarkan pada versi resmi menurut pemerintah kala itu dari peristiwa "Gerakan 30 September" atau "G30S" (peristiwa percobaan kudeta pada tahun 1965) yang ditulis oleh Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, yang menggambarkan peristiwa kudeta ini didalangi oleh Partai Komunis Indonesia atau PKI.
Lebih dari setengah juta anak di Indonesia termasuk dalam spektrum autisme dan mengalami berbagai kesulitan dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi. Idris adalah anak laki-laki autis nonverbal yang tinggal di pedesaan Jawa yang kesulitan berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain di desanya. Ini adalah kisahnya, dan kisah tentang bagaimana gerakan kesadaran disabilitas di tingkat akar rumput, model inklusi budaya lokal, dan prinsip-prinsip agama dapat bersatu untuk memberikan dukungan yang lebih baik kepada seluruh anggota masyarakat.
Senyap (The Look of Silence) adalah film dokumenter kedua karya sutradara berkebangsaan Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer dengan tema sentral pembantaian massal 1965 setelah film Jagal. Senyap menyoroti kisah Adi, seorang penyintas dan keluarga korban yang menghadapi kenyataan ketika dirinya dan keluarganya dituduh sebagai bagian dari PKI. Walaupun tema sentralnya sama, film ini berbeda dengan film Jagal yang menyoroti sisi pelaku pembantaian.
Film Senyap pertama kali diputar di Indonesia pada 10 Desember 2014 secara serentak di berbagai kota, sebagai bagian dari peringatan Hari HAM Sedunia.
Jagal (The Act of Killing) adalah film dokumenter karya sutradara Amerika Serikat Joshua Oppenheimer. Dokumenter ini menyorot bagaimana pelaku pembunuhan anti-PKI yang terjadi pada tahun 1965–1966 memproyeksikan dirinya ke dalam sejarah untuk menjustifikasi kekejamannya sebagai perbuatan heroik.
Film ini adalah hasil kerja sama Denmark-Britania Raya-Norwegia yang dipersembahkan oleh Final Cut for Real di Denmark, diproduseri Signe Byrge Sørensen, diko-sutradarai Anonim dan Christine Cynn, dan diproduseri eksekutif oleh Werner Herzog, Errol Morris, Joram ten Brink, dan André Singer. Ini adalah proyek Docwest dari Universitas Westminster.
"40 Years of Silence: An Indonesian Tragedy" adalah sebuah film dokumenter yang dibuat oleh antropolog Robert Lemelson tentang efek pribadi terhadap pembantaian di Indonesia 1965–1966. Film ini diambil di pulau Bali dan Jawa pada periode 2002-2006. Latar belakang musik tersebut merupakan kolaborasi antara komposer Inggris Malcolm Cross dan musisi Bali Nyoman Wenten, dan menggabungkan tonalities Barat dan struktur chordal dengan skalar Bali dan Jawa deret dan melodi. Film ini dirilis di Amerika Serikat pada tahun 2009, dan telah diputar terbatas di seluruh Indonesia.
Setelah meninggalnya istri tercinta, Hasyim, mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965, memutuskan tidak menikah. Ia tinggal bersama anak laki-laki satu-satunya yang juga menduda, dan dua cucunya: Salman dan Salina. Hidup di perbatasan Indonesia dan Malaysia merupakan persoalan tersendiri bagi mereka, karena keterbelakangan pembangunan dan ekonomi. Astuti, guru sekolah dasar di kota, datang tanpa direncanakan. Ia mengajar di sekolah yang hampir rubuh karena setahun tidak berfungsi. Tak lama berselang datang pula dr. Anwar, dokter muda yang datang karena tidak mampu bersaing sebagai dokter profesional di kota. Haris mencoba membujuk ayahnya untuk pindah ke Malaysia dengan alasan di sana lebih menjanjikan secara ekonomi dibandingkan tetap tinggal di wilayah Indonesia. Hasyim bersikeras tidak mau pindah. Baginya kesetiaan pada bangsa adalah harga mati. Persoalan semakin meruncing ketika Hasyim tahu bahwa Haris ternyata sudah menikah dengan perempuan Malaysia dan bermaksud mengajak Salman dan Salina. Salman yang dekat dengan sang kakek memilih tetap tinggal di Indonesia. Hasyim sakit. Dr Anwar berusaha memberikan perawatan dan obat yang lebih rutin. Namun, keterbatasan sarana dan obat, membuat kondisi Hasyim memburuk. Dr Anwar memutuskan untuk membawa Hasyim ke rumah sakit kota. Dengan uang hasil kerja Salman, Hasyim dibawa pakai perahu. Mereka berangkat ditemani oleh Astuti dan dr. Anwar. Di tengah perjalanan nyawa Hasyim tidak tertolong. Ia meninggal bersamaan dengan pekik dan sorak sorai Haris atas kemenangan kesebelasan Malaysia atas Indonesia.
Film ini menceritakan tentang Arief, seorang anak yang sangat mencintai Fisika. Meskipun mengalami kesulitan ekonomi tidak memadamkan kecintaannya pada dunia sains. Walau tinggal di sebuah dusun di Pamekasan, Madura yang jauh dari gemerlap kota dan fasilitas belajar yang memadai, Arif tetap menekuni Fisika. Beruntung ia mempunyai guru seperti Ibu Tari, seorang perempuan Minang yang karena dedikasinya terhadap dunia pendidikan rela "terdampar" di Madura untuk menemukan intan-intan pecinta ilmu sains.
Film dokumenter Jalan Raya Pos - De Grotoe Postweg, disutradarai dan ditulis oleh Bernie IJdis, dirilis pada 1996. Film ini menceritakan tentang sejarah dan dampak modern dari Jalan Raya Pos. Pramoedya Ananta Toer, yang juga diceritakan kisah hidupnya semasa Orde Baru, mengisi narasi untuk film ini.
In 1996, Dutch director Bernie IJdis made the film De Groote Postweg ("The Great Post Road"). A central character in the movie is the Indonesian writer Pramoedya Ananta Toer who narrates it. In 1996, Dutch director Bernie IJdis made the film De Groote Postweg ("The Great Post Road"). A central character in the movie is the Indonesian writer Pramoedya Ananta Toer who narrates it.
In 1996 maakte het Nederlandse Pieter van Huystee Film de film De Groote Postweg. De film werd vertoond in diverse bioscopen in Nederland, Italië en Frankrijk. De Indonesische schrijver Pramoedya Ananta Toer sprak de tekst in.
Rekaman sekitar tahun 2000an
Rekaman sekitar tahun 2000an
Apa itu Open Matte? kalian bisa baca di link berikut!
https://joshroush.blogspot.com......../2015/09/OpenMat